Belajar dari Cerita Guru Arif

Belajar dari cerita guru arif – Sepintas, pak Arif bukan terlihat sebagai seorang guru. Tampangnya cukup keras namun penuh wibawa. Suara yang khas dan gerak gerik anggota tubuhnya memiliki power yang luar biasa bagi muridnya di sekolah. Mengapa tidak?

belajar,guru,arif

Meskipun bersuara berat dan keras. Namun jarang mengatur muridnya dengan suara membentak atau menghardik.

Menurut pak Arif, suara keras dan lantang semata, belum efektif dan efisien untuk mengatur siswa.

Baik di dalam kelas maupun di lapangan. Suara keras menggelegar tidak akan menakuti murid zaman sekarang.

Gerak gerik anggota tubuh pak Arif menjadi isyarat tersendiri bagi murid-muridnya. Dahi dan alis mata pak Arif bisa menjadi penanda bagi siswa.

Jika berkerut atau banyak lipatannya, itu sebagai pertanda bahwa ada siswa yang belum memperhatikannya ketika sedang mengajar. 

Maka siswa akan melongok kiri dan kanan melihat siapa yang menjadi perhatian pak Arif. Ternyata muridnya juga sudah arif dengan isyarat itu.

Kumis tebal membuat pak Arif bertampang keras dan pemarah. Kalau marah, memang membuat seakan bumi berguncang.

Siswa akan ketakutan luar biasa. Akan tetapi pak Arif memang jarang marah ketika menghadapi muridnya.

Gerak gerik tangan saat mengajar paling ampuh untuk mengendalikan suasana kelas.

Rupanya pak Arif adalah bekas pemain bola di kampung dan semasa sekolahnya. Pernah menjadi wasit pertandingan sepak bola. Konon beliau pernah bercita-cita jadi polisi lalu lintas.

Wasit tidak banyak berbicara saat memimpin pertandingan kecuali bahasa isyarat yang sudah dimengerti oleh pemain sepak bola.

Begitu pula polisi lalu lintas, tak banyak bersuara melainkan memberikan kode dan bahasa isyarat dalam mengatur pengguna lalu lintas.

Demikian cerita guru Arif. Dari cerita tersebut mungkin bisa dijadikan bahan belajar. Menyampaikan materi pelajaran mungkin memerlukan banyak bicara.

Namun mengatur siswa tidak perlu demikian. Gerak gerik guru sesungguhnya memiliki power luar biasa dalam pembelajaran.***