Konflik Sosial dalam Komunitas Sekolah

Konflik sosial dalam komunitas sekolah - Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan. Kegiatan utama di sekolah adalah penyelenggaraan proses belajar dan mengajar. Proses ini melibatkan komponen manusia di samping unsur sarana dan prasarana.

Semua komponen berinteraksi dan ditandai dengan adanya komunikasi satu sama lainnya. Apa pun bentuk komunikasi yang terjadi  bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa. 

Proses komunikasi dan hubungan sosial harus berjalan secara harmonis sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang kondusif.

Tak dapat dipungkiri, praktiknya sehari-hari tidak jarang terjadi konflik namun kadarnya yang berbeda. Ada yang sudah meruyak sehingga diketahui oleh orang banyak, termasuk media massa. 

Ini sangat tidak diingini. Oleh sebab itu sebelum merebak perlu penyelesaian yang intens terhadap masalah yang dihadapi.

Konflik sosial yang terjadi antara lain; antar sesama guru, siswa, maupun dengan pimpinan sekolah. Konflik sosial bisa juga terjadi dengan masyarakat di sekitar sekolah maupun orang tua siswa.

Mengapa terjadi konflik sosial antar komunitas sekolah?  Gesekan psikologis antara satu dengan yang lainnya disebabkan oleh tindakan maupun kebijakan masing-masing komponen. 

Misalnya kebijakan kepala sekolah dalam menerapkan aturan kepada guru maupun siswa. Cara dan gaya mengajar guru menyebabkan konflik psikologis dengan siswa. Atau sikap dan cara pengelola sekolah dengan masyarakat dimana sekolah berada.

Sebenarnya konflik tersebut tidak mesti terjadi apabila masing-masing unsur saling memahami posisi dan tugas masing-masing. Kepala sekolah merupakan pemimpin di lembaga sekolah. 

Peranan pimpinan ini sangat penting dalam memelihara hubungan sosial antar komponen manusia di sekolah. Pimpinan harus memberlakukan setiap komponen itu penting semuanya.  

Tak satu komponen yang perlu mengklaim diri bahwa mereka yang  paling  berperan penting di sekolah. Konsep ini perlu dijaga kelanggengannya agar tidak terjadi keretakan hubungan sosial di sekolah.

Pimpinan perlu menciptakan suasana kondusif di sekolah untuk meredam segala bentuk konflik. Apapun kebijakan dan kebijaksanaan yang diambilnya perlu pendekatan sosial. 

Kepala sekolah seyogyanya menganggap dan memperlakukan  guru sebagai guru profesional dan mitra kerja, bukan bawahan.

Kondisi kekinian di lembaga sekolah adalah munculnya kebijakan-kebijakan baru, atau perubahan-perubahan kebijakan dan peraturan yang bersifat mendadak dari pihak yang berkompeten.  Ini berpotensi menimbulkan persoalan sosial dengan guru dan siswa.

Sudah dimaklumi, perubahan mendadak memang membawa gejolak sosial dalam suatu komunitas. Ini berawal dari  anggota komunitas belum siap menerima kebijakan baru yang mendadak tersebut. 

Apalagi kebijakan baru itu menambah kerja dan beban pikiran  dari yang biasa dilakukan oleh guru.***