Membudayakan antri sejak dini di lingkungan keluarga - Di lingkungan kita masing-masing sering dilihat orang-orang saling mendahului antara satu dengan
yang lainnya.
Meskipun sudah ada peringatan untuk antri, mereka tetap ngotot untuk menyerobot ke depan. Tujuannya tidak lain agar dapat giliran lebih dulu walaupun datang kemudian.
Antri diartikan sebagai sifat untuk menunggu giliran atau kesempatan berkaitan dengan pelayanan umum.
Di jalan raya misalnya. Untuk memasuki penyempitan jalan atau jembatan harus bergiliran satu persatu.
Orang yang tidak sabaran atau kurangnya kesadaran antri segera menyelinap ke samping kiri atau kanan dengan tiba-tiba.
Tindakan ini sangat berbahaya bagi dirinya maupun orang lain.
Bagaimana antri di tempat pelayanan
umum, misalnya pembelian tiket kendaraan? Pada saat menjelang dan setelah lebaran pemandangan ini
tidak asing lagi.
Orang-orang berjubel antri membeli tiket di stasiun dan terminal untuk mudik dan balik lebaran. Ketidaksabaran orang untuk antri semata-mata karena takut kehabisan tiket.
Orang-orang berjubel antri membeli tiket di stasiun dan terminal untuk mudik dan balik lebaran. Ketidaksabaran orang untuk antri semata-mata karena takut kehabisan tiket.
Untuk menerapkan budaya antri,
pelayanan umum seperti rumah sakit dan bank memang sudah menggunakan tiket
antri. Kalau sudah kebagian tiket antri mau tak mau harus menurutinya. Jika
tidak mau antri tidak akan dilayani.
Budaya antri berkaitan dengan
kesabaran dan kesadaran seseorang. Nah, zaman seperti sekarang ini kesabaran
dan kesadaran itu bisa terpinggirkan.
Kesulitan ekonomi dan persoalan-persoalan yang dihadapi sehari-hari boleh jadi membuat orang tidak sabar. Ketidaksabaran bisa jadi membuat orang tidak mau antri.
Wah, gawat! Jangan heran jika ada yang pingsan ketika ada pembagian jatah reski, tak mau antri dan saling berdesakan untuk saling mendahului.
Kesulitan ekonomi dan persoalan-persoalan yang dihadapi sehari-hari boleh jadi membuat orang tidak sabar. Ketidaksabaran bisa jadi membuat orang tidak mau antri.
Wah, gawat! Jangan heran jika ada yang pingsan ketika ada pembagian jatah reski, tak mau antri dan saling berdesakan untuk saling mendahului.
Untuk melatih budaya antri sejak dini
dimulai dari lingkungan keluarga. Orangtua membiasakan anak untuk sabar
menunggu giliran.
Misalnya, untuk mandi di rumah tidak mungkin sekaligus karena terbatas kamar mandi.
Disinilah kesempatan untuk mengarahkan anak supaya terbiasa antri. Jadikanlah keluarga Indonesia tempat untuk memulai budaya antri sejak awal.***
Misalnya, untuk mandi di rumah tidak mungkin sekaligus karena terbatas kamar mandi.
Disinilah kesempatan untuk mengarahkan anak supaya terbiasa antri. Jadikanlah keluarga Indonesia tempat untuk memulai budaya antri sejak awal.***
0 Response to "Membudayakan Antri Sejak Dini di Lingkungan Keluarga "
Posting Komentar