Konsekuensi
guru professional, luar biasa! – Artikel ini
merupakan kelanjutan artikel sebelumnya tentang guru. Bahasan dalam artikel kali ini masih dalam rangka Hari Guru Nasional dan
HUT PGRI ke 68.
Memang, sejak dulu kala harapan untuk mencerdaskan anak bangsa itu salah satunya ditumpangkan pada guru.
Pahlawan insan cendikia ini menjadi tulang punggung bangsa dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Pahlawan insan cendikia ini menjadi tulang punggung bangsa dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Akan tetapi eksistensi guru masih menjadi fenomena menarik untuk dicermati.
Sorotan terhadap keberadaan profesi guru menjadi lebih intens terutama sejak adanya program sertifikasi yang diluncurkan tahun 2005 lalu.
Pembicaraan mengarah pada profesionalisme dan kesejahteraan guru sebagai salah satu dampak program sertifikasi.
Sorotan terhadap keberadaan profesi guru menjadi lebih intens terutama sejak adanya program sertifikasi yang diluncurkan tahun 2005 lalu.
Pembicaraan mengarah pada profesionalisme dan kesejahteraan guru sebagai salah satu dampak program sertifikasi.
Bagaimana wibawa guru? Sudah barang tentu, kita akan kesulitan mengatakan bahwa wibawa guru melorot atau semakin naik.
Namun yang menjadi tolok ukur adalah bagaimana penghargaan orang lain terhadap individu bersangkutan.
Ambil contoh kecil, jika guru sedang mengajar di ruang kelas siswa selalu menunjukkan prilaku menyimpang dan mengganggu proses belajar. Apa artinya bagi kita?
Guru tidak berhasil menguasai kelas
dengan baik. Jika gagal menguasai kelas jangan diharapkan proses pembelajara
akan efektif dan efisien.
Penguasaan kelas adalah kunci utama dalam mencapai proses dan hasil belajar yang optimal.
Penguasaan kelas adalah kunci utama dalam mencapai proses dan hasil belajar yang optimal.
Ketidakmampuan guru menguasai kelas dengan baik akan berdampak pada wibawa guru di
mata siswa. Guru lebih banyak membuang waktu untuk marah dan menasehati siswa
ketimbang memberikan materi pelajaran.
Guru menganggap siswa bandel dan susah diatur. Sebaliknya, siswa menganggap guru tidak pandai mengajar. Ironis, memang.
Guru menganggap siswa bandel dan susah diatur. Sebaliknya, siswa menganggap guru tidak pandai mengajar. Ironis, memang.
Itu tidak boleh terjadi! Guru sudah
dibekali dengan berbagai metodik dan didaktik sehingga siap untuk melaksanakan
tugas sebagai guru profesional.
Program sertifikasi melegalisasikan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas keguruan sehingga pemerintah berani membayar gaji guru yang tidak sedikit, dua kali lipat dari gaji pokoknya.
Program sertifikasi melegalisasikan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas keguruan sehingga pemerintah berani membayar gaji guru yang tidak sedikit, dua kali lipat dari gaji pokoknya.
Konsekuensi guru profesional ternyata
luar biasa. Tugas yang dihadapi guru bukan semakin ringan di tengah dinamika
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Siswa belum tentu hormat begitu saja kepada guru yang berprediket profesional, begitu pula orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Mereka tidak melihat prediket profesional atau tidaknya seorang guru. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana strategi, metodik, pragmatik dan didaktik menghadapi siswa dalam belajar sebagaimana ciri guru profesional.
Siswa belum tentu hormat begitu saja kepada guru yang berprediket profesional, begitu pula orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Mereka tidak melihat prediket profesional atau tidaknya seorang guru. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana strategi, metodik, pragmatik dan didaktik menghadapi siswa dalam belajar sebagaimana ciri guru profesional.
Guru profesional ditandai dengan adanya
kreatitas dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kreatif
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Namun semua itu akan terwujud melalui hubungan sosial yang harmonis dengan siswa, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Sebelum meninggalkan halaman ini ada baiknya baca juga: Guru; Antara Individu dan Profesi
Namun semua itu akan terwujud melalui hubungan sosial yang harmonis dengan siswa, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Sebelum meninggalkan halaman ini ada baiknya baca juga: Guru; Antara Individu dan Profesi
Guru memang harus bisa mencairkan suasana kelas agar sang guru ini bisa melaksanakan tugasnya tanpa toleransi antara guru dan murid pasti suasana kelas akan sangat membosankan guru jadi cepat emosi dan muridpun tak bisa menerima pelajaran
BalasHapusSuasana yang tidak kondusif memang sering berawal dari tidak adanya sikap toleransi dari guru mbak. Tentunya hal ini berdampak pada proses maupun hasil pembelajaran. Terima kasih mbak.
HapusKayanya Mbak Jenx Indah juga Ibu Guru deh yah Pak Uda?
HapusSoale bahasae apik tenan yakinlah Mbak hh salam Hormat saja
Buat Pak Uda Awak, Mbak Jenx dan Shabat blogging semua
Iya kalau bisa memang guru itu yang profesional. Bisa menempatkan posisi sesuai dengan tempatnya, dan bisa melaksanakan tugas nya dengan baik. Sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh guru profesional :)
BalasHapusMantab mbak Rin...tantangan yang menarik buat guru yang berprediket guru profesional.
HapusSelamat Malam Pak Mas Uda Awak, Pak Uda ini Seorang Guru yah Pak
BalasHapusSoale dilihat dari segi tulis artikelnya sangat beda dengan saya yang pendidikanya
Masih Rendah. kalau tulisan Pak Uda ini apik tenan dan makna dari isi contentnya
pun sangat dalam bila di kaji lebih rinci, saya saluut Bapak seorang Guru yan Pofesional :)
Benar-benar kagum saya pada mas Saud. Mas saud itu memakai ilmu padi, makin berisi makin merunduk.
HapusAdmin UGB benar seorang guru, tapi belum menjadi guru profesional mas..
Apalagi kalau guru sudah mendapatkan sertifikasi. Hendaknya lebih baik lagi kualitasnya, karena mereka (guru sertifikasi) mendapatkan tunjangan setiap bulannya :)
BalasHapusBenar mbak Rin. Tunjangannya lebih kurang dua kali dari gaji pokok. Konsekuensinya, mengajar harus lebih dari yang biasa dari segi kualitas dankuantitas, mbak..
Hapusjadi guru profesional tidak mudah ternyata ya pak, harus menguasai banyak hal terkait mengajar, hmmm :)
BalasHapusAnggapan saya juga begitu, buk Indri. harus menguasai banyak hal yang terangkum dalam 4 kompetensi guru profesional. Mungkin yang mudah itu adalah mendapatkan sertifikat guru profesional, cukup memenuhi syarat sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang guru No 14 tahun 2005.
Hapus