Jangan paksa anak belajar
– Kesimpulan ini bukanlah hasil sebuah penelitian ilmiah yang dilandasi oleh
segudang teori tentang pendidikan. Melainkan hanyalah sebuah kesimpulan dari
proses kecil yang dilakukan admin matrapendidikan.com
terhadap pendidikan anak. Baik sebagai orangtua di rumah maupun dalam
kapasitas seorang guru di sekolah menengah pertama.
Tidak memaksa anak bukan berarti membiarkan anak untuk tidak belajar. Hanya saja, guru atau orang tua di rumah perlu menciptakan situasi yang membuat anak merdeka dari beban kemalasan atau kebosanan belajar yang membelenggu mereka.
Ketika siswa mengantuk, atau bahkan tertidur saat belajar di kelas. Guru tidak melakukan tindakan yang memalukan siswa tersebut. Misalnya, mencemooh atau mentertawakan siswa tersebut bersama teman-temannya.
Justru sebaliknya, membiarkan situasi tersebut untuk beberapa waktu. Kemudian mengajukan saran kepada siswa tersebut untuk meninggalkan kelas barang beberapa menit, mencuci muka atau aktivitas apa saja yang bisa meredakan rasa kantuknya.
Justru sebaliknya, membiarkan situasi tersebut untuk beberapa waktu. Kemudian mengajukan saran kepada siswa tersebut untuk meninggalkan kelas barang beberapa menit, mencuci muka atau aktivitas apa saja yang bisa meredakan rasa kantuknya.
Di
samping itu, guru perlu memberi sedikit waktu kepada siswa untuk melakukan jeda
belajar. Di tengah pelajaran atau di akhir pembelajaran. Bebaskan mereka dari
aktivitas belajar beberapa menit sebelum dilanjutkan kemudian.
Bagaimana
di rumah? Orang tua perlu memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil sikap dalam
situasi yang membosankan mereka.
Ketika anak lagi malas belajar, enggan mengerjakan pekerjaan rumah (PR), orang tua sebaiknya tidak memaksa, menceramahi atau memarahi anak.
Ketika anak lagi malas belajar, enggan mengerjakan pekerjaan rumah (PR), orang tua sebaiknya tidak memaksa, menceramahi atau memarahi anak.
Kalau
perlu ajak mereka untuk menghilangkan kemalasan dan kebosannya. Misalnya,
menonton televisi, bermain catur, bermain game
atau bermain apa saja yang menyenangkannya.
Tentu
saja, uraian tersebut di atas hanyalah upaya atau strategi kecil bagi guru atau
orang tua yang bersifat relatif. Pelaksanaannya harus melihat situasi dan
kondisi sang anak. Terima kasih.***
Saya setuju dengan anda gan..
BalasHapusSalam blogwalking
erima kasih mas Dede. Salam balik.
HapusKaren Abang dan Mas/Mbak dan Saudara saya semua setuju
HapusSaya pun SETUJU dan sependapat yang Pak Uda Kemukakan
Pada Artikel ini. Salam sejahtera buat saudara blogging semua :)
setiap guru punya ciri khas tersndiri ... :D
BalasHapusyang intinya, guru harus punya cara agar KBM tersebut lbh efektif dan sellu fresh .... :)
Benar, mas Fiu. Tidak hanya guru, orang tua di rumah juga begitu karena pendidikan itu juga melibatkan orang tua di rumah....
HapusSetuju banget mas, kalo moodnya si anak lagi gak bagus mendingan jangan dipaksain untuk belajar atau mungkin bisa menggunakan metode yang laen yang sekiranya yang membuat si anak tersebut jadi merasa termotivasi kembali untuk semangat belajar :)
BalasHapusTerima kasih dukungannya mas marnes...
Hapusseharusnya memang seperti itu, kan kasian muridnya apalagi kalau sampai dilempar peghapus atau kapur, lucu sih tapi kasian, hehehe....
BalasHapusZaman kita sekolah, itu pemandangan biasa di dalam kelas mas. Tapi zaman sekarang ga bisa lagi lempar penghapus dan kapur. Ntar guru dibilang melanggar HAM...hehhee...
HapusJika terlalu memaksakan maka si anak akan tertekan sehingga kesulitan saat menerima pelajaran yang diberikan, dan mempermalukan anak-anak dimuka umum akan merubah prilaku si anak didik dari yang sebelumnya percaya diri menjadi minder atau canggung karena merasa malu yang amat sangat...kalau mau menegur jangan mempermalukan anak-anak cobalah dengan kata-kata yang tegas bukan kasar sehingga anak-anak yang lain bisa merasakan ketegasan dari guru pembimbing
BalasHapusWah, ini dia pakarnya bimbingan belajar anak. Terima kasih masukannya mbak Shipe...
Hapuskalau dipaksa belajar kasihan juga ya mas anak nya, tapi kalau dibiarkan nggak belajar nanti malah jadi kebiasaan nggak pernah belajar, sulit juga hmmmmm :)
BalasHapusGimana labarnya mbak Ririn? Mudah-mudahan sehat-sehat aja...
HapusMemang sulit menghadapi anak/siswa sekarang, mbak. Namun sekecil apapun strategi perlu dilakukan terhadap mereka. Tidak bersikap memaksa (otoriter) namun juga tidak serba membolehkan (permisif)...
tentunya kita harus menciptakan suasana nyaman dulu bagi si anak ya pak, karena kalau dipaksa, dimarahi dan sejenisnya malah membuat semangat s anak makin drop...kalau sudah nyaman Insya Allah dengan sendirinya ia akan menjalankan kewajibannya, dengan tuntutan nasehat kita juga pastinya
BalasHapusBetul sekali mas Jery. Di sekolah, memang suasana nyaman yang harus diciptakan terlebih dulu. Istilah lainnya, suasana kondusif agar anak tidak merasa terpaksa. Di rumah juga begitu saya rasa, mas...Anak saya 5 orang, dan itu tidak mudah membuat mereka belajar dengan kemauan sendiri. Perlu diciptkan lingkungan bagaimana mereka bisa belajar...Orang tua memposisikan diri sebagai teman belajar, bahkan bisa menjadi teman bermain mereka di rumah...
Hapusseandainya semua guru seperti Pak Uda ya, kalau saya dulu pernah dilempar penghapus waktu tertidur di kelas, setelah itu disuruh lari 5 kali mengelilingi lapangan basket. sempat dendam juga sama tu guru :D
BalasHapusTerima kasih, kang...Itu hanya pengalaman kecil yang kita terapkan di rumah terhadap anak sendiri maupun sekolah terhadap siswa, Kang. Kita yakin, banyak guru yang lebih ekslusif dan manjur penerapannya terhadap anak maupun siswanya.
HapusYa, zaman kita dulu masih bisa guru menerapkan hukuman disiplin. Guru merdeka dalam memberi hukuman...Kalau sekarang, lari 5 keliling lapangan mungkin bisa diberikan kepada siswa yang terlambat/melanggar aturan guru mata pelajaran olah raga....
anak sekarang sama dulu memang beda yamas.kalau dulu bisa main tangan tp kalau mengajar anak sekarang harus lebih halus dan lebih hati2,yang penting pelajarannya bisa masuk keotak tidak cuman masuk telinga kiri keluar telinga kiri lagi,jadinya nggak ada yang tersisa,masih mending keluar telinga kanan dikit2ada yang berhenti diotak.hehehe
BalasHapusBetul sekali mas Yanto. Yang penting bagaimana siswa belajar dengan baik. Bagaimana ilmu itu masuk telinga kanan...tersimpan diotak...Tidak balik lagi ke telinga kanan atau terus mengalir ke telinga kiri...wah, ini ide istilah dari mas Yanto yang cukup unik...
Hapusmungkin kesadaran dari si anak,,sebagai orang tua tetap menasehati dengan lemah lembut
BalasHapusJika tidak memiliki kesadaran juga, mungkin orang tua perlu meningkatkan status nasehat menjadi lebih tegas ya mas?
HapusSalam Pak Uda. maaf nih saya baru bisa Bersilaturrahim lagi di Blog Pak Uda.
BalasHapusSaya sependapat dengan artikel Bapak diatas. Membujuk Anak agar lebih
Bersemangat Belajar harus lah dengan kesabaran dan lapang dada kita sebagai
Orang Tua, lebih lebih sebagai Seorang Guru Didik.. salam sukses ya Pak Uda :)
Terima kasih mas Saud. Betul sekali yang mas ungkapkan karena orang tua/guru mempunyai tujuan agar anak/siswa memiliki semangat untuk belajar...
Hapustrims infonya pak..
BalasHapusbermanfaat sekali bagi saya dan keluarga saya..
Sama-sama mas Romli. Salam juga untuk keluarganya...
Hapus