Tas anakku berat di buku
– Membaca judul ini, mungkin akan mengingatkan sobat pada sebuah judul film Indonesia, Cintaku Berat di Ongkos. Iya,
judul artikel ini hanya kebetulan belaka. Ini berawal dari kebiasaan
memperhatikan anak yang berangkat ke sekolah. Begitu pula memperhatikan
fenomena yang terjadi pada hampir semua siswa admin di sekolah.
Setiap pagi, ketika anak bungsu admin berangkat dan pulang sekolah. Perhatian admin sering tertuju pada tas punggung berwarna hitam dan sarat muatan. Bahkan tali tas yang menahan isi berupa buku dan alat pelajaran, nyaris putus.
Nampaknya sang anak yang masih kelas 3 sekolah dasar itu terlihat santai saja, namun admin yang melihatnya merasa kepayahan sendiri.
Bahkan pernah admin berpikir untuk menakar atau menimbang berapa kilogram berat tas anak itu. Tas seberat itu dibawanya pergi dan pulang sekolah saban hari.
Lalu, apakah semua buku mata pelajaran dibawanya ke sekolah tiap hari, tidak menurut jadwal yang ditetapkan sekolah? Tidak, anak hanya membawa buku dan peralatan sesuai jadwal.
Nampaknya sang anak yang masih kelas 3 sekolah dasar itu terlihat santai saja, namun admin yang melihatnya merasa kepayahan sendiri.
Bahkan pernah admin berpikir untuk menakar atau menimbang berapa kilogram berat tas anak itu. Tas seberat itu dibawanya pergi dan pulang sekolah saban hari.
Lalu, apakah semua buku mata pelajaran dibawanya ke sekolah tiap hari, tidak menurut jadwal yang ditetapkan sekolah? Tidak, anak hanya membawa buku dan peralatan sesuai jadwal.
Baca juga: Simbol Beratnya Beban Belajar Siswa
Rupanya,
satu mata pelajaran itu terdapat beberapa buah buku. Ada buku paket, buku
penunjang, buku catatan, dan buku latihan. Jika ada tiga mata pelajaran dalam
satu hari, tentu anak akan membawa sekian buah buku.
Inikah
ciri sebuah sekolah yang bermutu? Apakah ini termasuk ciri negera dengan
pendidikan yang sudah maju? Atau ciri kurikulum sekolah yang sudah maju? Sarat
materi dan kegiatan pembelajaran?
Mudah-mudahan akan ada pembaharuan yang signifikan terhadap kurikulum yang berlaku sekarang, Kurikulum 2013.
Mudah-mudahan akan ada pembaharuan yang signifikan terhadap kurikulum yang berlaku sekarang, Kurikulum 2013.
Tubuh
anak tertindih oleh buku dan peralatan sekolah. Otak anak dipadatkan dengan
materi pelajaran. Apakah ini ciri-ciri kurikulum pendidikan yang sudah maju?
Setahu admin, negara yang sudah maju pendidikannya justru anak sekolahnya mempunyai kegemaran membaca. Dimana-mana anak memanfaatkan waktu untuk membaca.
Setahu admin, negara yang sudah maju pendidikannya justru anak sekolahnya mempunyai kegemaran membaca. Dimana-mana anak memanfaatkan waktu untuk membaca.
Entahlah.
Kadang-kadang buku yang ada, lengkap jumlahnya jarang dibaca anak. Atau anak
sudah jenuh membaca?
Padahal waktu mau membeli buku itu tak tanggung-tanggung rayuan dan desakan anak pada orang tua. Tapi buku itu hanya sekadar dibawa pergi dan pulang sekolah. Duh, Tas anakku sarat dengan buku!***
Padahal waktu mau membeli buku itu tak tanggung-tanggung rayuan dan desakan anak pada orang tua. Tapi buku itu hanya sekadar dibawa pergi dan pulang sekolah. Duh, Tas anakku sarat dengan buku!***
Syukurnya, K-13 udah dihentikan jadinya bisa lebih santai neh para siswa...
BalasHapusKabarnya memang begitu, mas. Mudah-mudahan tas anak enggak lagi berat di buku...hehehe.
Hapusmoga buku2 yg dibawa aanak uda itu benar2 bisa dipahai.
BalasHapusdan kedepannya bisa menjadi tempat menggantungkan harapan uda pada khususnya dan bangsa pada umumnya
Amiiin...Mudah-mudahan begitu ya mas Yanto.
Hapuskeperluan sekolah mas, sebenarnya bukan lebih karena pendidikan yang bermutu atau tidak, tetapi sianak sangat merinci semua mata pelajaran apa yang akan ditempuhnya hari ini, jadi mau gak mau semua yang berhubungan kesana kudu dibawa, kan biar pintar,
BalasHapusbukan kayak dahulu, satu buka buat 10 mata pelajaran, dan sekarang tinggal penyesalan, karena bukti saat belajar disekolah dahulu tidak tertulis dalam buku.
Benar juga mbak Devy, namun seyogyanya perlu juga disesuaikan dengan taraf perkembangan anak. Kurikulum itu tidak perlu banyak dan padat materi namun kualitasnya yang dikedepankan.
Hapuskalo bisa sih jangan ampe keberatan banget uda, kata dokter beban yang diakibatkan dari bobot tas tersebut bisa berbahaya bagi si anak
BalasHapusIya, mas Marnes. Dapat mengganggu tulang punggung sang anak...
HapusJangan sampai akibat banyaknya penunjang buku, siswa jadi korban sakit tulang punggung...selain itu tas juga bisa jadi korban, akibat banyak buku yang dibawa...
BalasHapusHahaha...iya, mas Fazri...Anak beserta tas bisa jadi korban akibat kelebihan muatan...
HapusSy yang jadi guru aja dibuatnya puyng dengan K13.
BalasHapusMudah-mudahan semua itu akan berkurang jika terwujud perubahan terhadap K13...
HapusDahsyat !! sekali tulisan ini pak guru, makasih sangat menambah wawasan bagi saya (y)
BalasHapusWah, terima kasih suppoertnya, mas...
Hapusyang jadi kekhawatiran juga, tentunya beban seberat itu yang terus membebani punggung dari kehari apa tidak mengganggu pertumbuhan anak ya pak ?? toh kita tidak yakin apa bukunya akan terbaca dan terhafalkan semua dalam hari yang sama, dari banyaknya buku sepertinya akan mengundang kejenuhan apalagi dengan mmbawa bukunya saja fisik sudah lelah, kalau sudah jenuh, apa pelajaran sekolah bisa masuk ?
BalasHapusBetul mas Jery. Kita tidak yakin anak bisa membaca semua buku itu pada hari yang sama. Justru akan mengundang kejenuhan sang anak. Barangkali, yang diperlukan anak adalah efektifitas dan efisiensi belajar bagi anak...
Hapuskalau saya peribadi menilai banyak buku malah membuat jenuh pak, katanya negara baju malah tidak dipusingkan dengan banyaknya PR jadi otomatis buku juga sedikit :D, tapi ada dan tepat sasaran
BalasHapusIya, benar mas Albar. Sependapat dengan mas. Soalnya, saya juga jarang bawa buku banyak ketika mengajar. Dan, ketika memberi PR sangat memperhitungkan kondisi siswa...Yang penting adalah efektivitas belajar buat anak..
Hapusbagus kalau begitu mas, pasti anak mas uda rajin baca buku dan belajar, tapi kasihan juga pundak nya capek dan pegal pegal ;)
BalasHapusHehehe...iya, mbak Ririn...Bisa-bisa tas lebih gede ketimbang tubuhnya yang memang udah kurusan. kalau soal baca buku, nggak jauh beda dengan anak kebanyakan, mbak...
Hapusmakanya kalo ngeliat anak sekolah sekarng bawa tas jalannya pada nongkok keberatan bawa buku bawaannya
BalasHapusmemang benar uda.... saya sering melihat anak anak sd lewat depan rumah membawa tas yang tdk sesuai dengan badannya. Belum lagi ada yang ditenteng ditangan kiri. sedangkan tangan kanan membawa bekal makan siang mereka. Dalam hati, apakah semua buku dalam tas digunakan pada hari ini juga? karena anak saya masih kecil jadi belum begitu tahu pelajaran yang diberikan di sd sekarang ini.
BalasHapuskalau saya lebih setuju jika tas penuh dengan buku pak, setidaknya itu menunjukkan kepedulian anak terhadap ilmu, sebab banyak anak jaman sekarang yang pintar-pintar, sehingga ke sekolah pun mereka hanya membawa 1 buku, bahkan bukunya pun digulung-gulung heehee
BalasHapusbukankah K-13 mengurangi buku anak2 khusunya SD. krn satu buku untuk beberapa mata pelajaran sesuai tema dan sub tema krn menggunakan sistem tematik. dan juga di SD pada K-13 tidak memaksa anak belajar pelajaran yang belum sesuai krn di Sd lebih fokus pada budi pekertinya. kalau saya sih lebih setuju kalau tetap menggunakan K-13 walaupun harus direvisi. kalau kembali ke ktsp 2006 anak2 akan kembali kurang berbudi. tapi ntahlah kalau pemerintah lebih suka anak mudanya tidak berbudi dan berakhlak mulia.
BalasHapus