Kelebihan dan kekurangan mading
sekolah – Kali ini kembali dibahas masalah mading
sekolah. Rasanya kurang lengkap jika tidak mengkaji kelebihan dan kekurangan mading sekolah
jika dibanding majalah sekolah. Mudah-mudahan sahabat blogger dan netter tidak
bosan berkunjung ke blog artikel pendidikan ini.
Buletin
komunikasi OSIS di sekolah, dapat diwujudkan dalam bentuk mading alias majalah dinding. Namun yang lebih maju dari ini adalah dalam bentuk majalah dan buku. Dengan buletin ini, siswa dapat berkomunikasi dan saling berbagi tulisan atau karya tulis. Pendek kata, siswa dapat
mencurahkan segala aspirasinya dalam beerbagai jenis karya tulis. Oleh sebab itu pemberdayaan mading sekolah perlu dilakukan.
Sebenarnya mading sekolah memiliki kekurangan sekaligus kelebihan jika dibandingkan dengan majalah sekolah. Berikut
beberapa kelebihan dan kekurangan mading sekolah:
Kelebihan mading
1.Praktis
Mading
lebih praktis dan sederhana sehingga mudah untuk dikerjakan. Karya siswa dapat
ditempelkan langsung dalam lemari kaca. Tentu saja jika memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan oleh redaksi. Di samping itu juga dapat menjadi media belajar
awal atau latihan dasar untuk membuat dan menerbitkan karya tulisnya.
2.Ekonomis
Mading
sangat ekonomis dari segi biaya dan waktu. Untuk menempelkan karya tulis siswa
tidak perlu membutuhkan waktu banyak. Begitu pula anggaran biaya yang
dikeluarkan utuk mengelola mading sekolah.
3.Murah dan meriah
Pengelolaan mading sekolah yang baik dapat menimbulkan nuansa kemeriahan. Ini
memang tidak mudah mengelolalanya. Perlu dukungan dan sosialisasi semua guru
agar siswa memeriahkan mading sekolah.
Kekurangan mading
1.Membaca mading
Siswa harus berdiri di depan mading. Ini akan menimbulkan kesulitan tersendiri bagi sebagian siswa. Pada umumnya siswa enggan untuk berduyun-duyun ke areal mading digantung hanya sekadar untuk membaca tulisan di sana.2.Dokumentasi tulisan yang diterbitkan hanya disimpan redaksi
Tempelan tulisan siswa akan dipergilirkan sesuai periode yang ditentukan. Artikel yang sudah habis masa tempel akan diganti dengan artikel baru. Arsip karya siswa yang lama ini akan disimpan oleh redaksi. Tidak bisa dibawa pulang dan didokumentasikan oleh setiap siswa.3.Mading sering sepi
Memang, mading sering sepi dari pengunjung karena keterbatasan waktu siswa untuk mengunjungi mading. Kadang-kadang waktu istirahat cukup pendek sehingga siswa cenderung memilih untuk beristirahat di dalam kelas atau taman kelas. Atau pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong setelah belajar.Meskipun memiliki kekurangan, keberadaan mading sekolah tetap menjadi ajang positif bagi siswa untuk belajar dan berlatih menulis. Menyalurkan bakat dan minat dalam tulis menulis. Bahkan menimbulkan kebanggaan tersediri bagi siswa. Mengandung nilai kepuasan tersendiri bagi siswa yang telah berpartisipasi dalam meramaikan mading sekolah.
dulu mading di sekolah saya selalu ramai biarpun bacanya sambil berdiri
BalasHapusMungkin waktu itu sebelum era gadget ya, mbak?
Hapussekarang yang rame di wall twitter,,,, hehehe
BalasHapusJuga rame di wall facebook kayaknya, mas...Namun diyakini tidak semua siswa sekolah yang gemar medsos. Banyak juga yang hobi membaca dan tulis menulis...
Hapusterkadang tulisan dan kalimat di mading yang selalu tekstual itu yang membuat siswa bosan membacanya ya pak, coba ada variasi kalimat atau penjelasan, tentu akan menambah semangat siswa untuk membacanya :D
BalasHapusYa, mungkin mading itu menjadi ajang belajar dan berlatih menulis kali ya pak Ibrahim...
Hapuskalau dulu mading di sekolah saya malah gak ada kacanya dan pernah juga dilapisi sama kawat nyamuk gan...sebenarnya mading memang menarik dan itu sangat penting untuk pengembangan bakat siswa dalam menulis dan menuangkan ide kreatifnya...kalau kekurangan karena membacanya berdiri nanti malah gak jadi mading lagi da..heeee....kalau mau lebih efektif bikin komunitas blog untuk siswa...tapi kalau masih SD masih belum bisa diterapkan...bagusnya untuk SMP dan SMA, minimal buat pembelajaran dia mengenal penggunaan teknologi dan lainnya...ok makasih da tulisan masalah madingnya...mengingatkan pada masa sekolah dulu...salam sahabat blogger.
BalasHapusBegitu hebatnya dulu upaya sekolah agar siswa gemar membaca...Namun akhirnya cara itu kurang populer karena ada media yang lebih efektif. Anak SMP, bisa membuat blog mbah. Tapi sayang mereka masih kesulitan mengisi blog itu karena keterbatasan kemampuan menulis...Itu sebabnya, sebagai dasar menulis lebih bagus melalui mading aja dulu...Mungkin benar apa yang mbah katakan, suatu saat akan dibangun komunitas blog untuk siswa. Bekerja sama dengan guru TIK di sekolah, mbah...Terima kasih inspirasinya, mbah...
Hapuskalau kesusahan menulis memang harus ada pembimbingnya da...yang penting kumpulkan siswa dan bikin komunitas blog dulu baru ajarkan seluk beluknya...lumayan da..mereka akan cepat tahu dan lebih kreatif karena membaca...kalau menulis itu akan sejalan dengan perkembangan blog itu sendiri...saya dulu pernah bikin blog budaya, termasuk blog aliansi perupa kalbar dan blog bang yakobus kumis yang isinya tentang adat istiadat. yah sekarang blog itu lumayan dimanfaatkan kawan-kawan di kalbar untuk dijadikan info seni rupa dan budaya...
Hapusmereka juga pada awalnya belum tau blog, tapi sekarang udah bisa update sendiri dan kata memang menguntungkan...bahkan ada beberapa lukisan laku terjual melalui blog itu...semangat da...
Wah, mantab mbah...Kemampuan menulis siswa akan sejalan dengan blog yang mereka sendiri. Mudah-mudahan ide bagus ini bisa diterapkan di sekolah...Terima kasih, inputnya ini.
Hapusmun gkin kekuranan yang paling menonjol dari mading adalah letaknya, biasanya mading memang menuntut pembacanya berdiri, pastinya ini membuat sebagian siswa malas membacanya, karena idealnya membaca itu sambil duduk...
BalasHapusoya itu poin kekurangan mading, poin 2 ada 2 Bos..
Betul juga, mas CC...Perlu kreasi lain untuk mengatasi hal tersebut ya mas? Oh ya, salah ketik rupanya. Akan diedit ya mas?
Hapusnah dari beberapa kelebihan dan kekurangan mading diatas, ini bisa menjadi intropeksi kedepan bagaimana caranya agar mading itu bisa menjadi sumber informasi penting bagi siswa, sehingga siswa akan lebih cenderung membaca dan selalu update membaca artikel yang ada di mading, tidak hanya sebagai bahan pajangan dan hiasan saja, terimakasih sharingnya pak
BalasHapusPerlu strategi khusus kayaknya agar dapat meminimalkan kekurangan tersebut ya mas Purnama? Mudah-mudahan bisa diberdayakan lagi agar menjadi sesuatu yang bernilai guna...
Hapusmading sepi tergantung dari OSISnya ya mas kalau OSIS aktif, mading tidak akan sepi oleh kreatifitas murid-murid yang lainnya..
BalasHapusBetul juga buk Ana...Karena pelaksananya redaksi dan pengurus OSIS di sekolah...
HapusJadi keinget zaman sekolah dulu sering baca-baca mading. Tapi sekarang kayanya serba era gadget, bisa melalui situs atau blog untuk membuat artikel sekolahan. Betul gak Mas Uda Awak???
BalasHapusIya, betul juga mas Hendra...Blog bisa dijadikan media untuk memuat artikel anak sekolahan...
Hapusselama aku jadi siswa, aku jarang banget gan lihat mading, tapi pas waktu kuliah sih sering, soalnya banyak event event seru :D
BalasHapusBarangkali karen pengelolaannya di perguruan tinggi sudah profesional, mas Aidil...
HapusKelemahan dan kelibihannya sama kayak mading di kantor juga ya mas
BalasHapusMungkin bisa dikatakan sama dengan mading yang ada di kantor-kantor, mbak...
HapusKami di jajaran Redaksi Pontianak Post sering membuat even even yang melibatkan OSIS SMA SMP se Kota Pontianak. Salah satu tujuannya adalah memberikan pembekalan TEKNIS penataan dan pengelolaan MADING di sekolah masing masing. Materi yang padat dibawakan langsung oleh Pimred dan wartaan wartawan senior.
BalasHapusMADING dalam prespektif kami tetaplah KORAN yang layak dibaca oleh para SIswa. Pelatihan inilah yang dimaksudkan agar para SISWA terlatih mengelola KORAN nya sendiri dan siswa siswa siswa sekolah sebagai konsumen tetap atau pembacanya. Tentu ada sisi Negatif dan Positif dari MADING yang sudah disinggung di sini. Kami rasa itu bisa di atasi dengan sistim pengeolaan MADING yang Baik.
Bahkan sebagai bentuk apresiasi kami terhadap MADING para siswa sekolah masing masing, kami menyediakan space 1 halaman penuh bagi setiap SMA dan SMP se kotaPontanak untuk mengisi halaman SEKOLAH di koran kami. Semua artikel, foto, redaktur dan Penulisnya dari sekolah masing masing. TERBIT 1 halaman penuh di koran kami dan itu semuanya GRATIS
Kini mereka bisa berlatih membuat KORAN Sungguhan dengan "menumpang" 1 halaman penuh di koran kami.
Bukan main apresiasi media Pontianak Post terhadap penjaringan bibit penulis dikalangan siswa. Ini patut dijadikan contoh dan teladan bagaiamana membangun mading di sekolah sebagai ajang latihan siswa untuk menulis dan kelanjutannya bisa diwujudkan di koran yang sesungguhnya. Salut buat mas Asep serta medianya...Terima kasih banyak atas masukan informasi dan spirit ini..
Hapus