Mengelola mading sekolah
– Buletin komunikasi OSIS di sekolah lebih praktis melalui mading (majalah
dinding). Proses penerbitannya tidak begitu rumit bagi siswa yang menjadi
petugasnya. Cukup menempelkan karya tulisan siswa di dinding berupa lemari kaca
tersebut setiap sekali seminggu atau sebulan.
Tentu saja berbeda dengan buletin OSIS dalam bentuk buku atau majalah sekolah. Membutuhkan tenaga dan waktu serta biaya untuk menerbitkannya. Selain itu dibutuhkan juga operator yang berpengalaman. Editor yang punya waktu untuk menyeleksi tulisan siswa.
Mading sekolah hanya butuh kemauan dan dukungan dari semua pihak yang ada di sekolah. Kemauan untuk membina siswa, terutama pembina OSIS, untuk mengelola mading.
Dukungan semua guru untuk mendorong siswa untuk menulis sesuai dengan mata pelajaran yang di asuh.
Dukungan semua guru untuk mendorong siswa untuk menulis sesuai dengan mata pelajaran yang di asuh.
Pengelolaan mading bukan hanya tugas guru mata pelajaran bahasa Indonesia semata, sebagaimana anggapan selama ini. Mata pelajaran bahasa Indonesialah yang relevan dengan kegiatan tulis menulis.
Anggapan seperti itu telah menyulitkan guru bahasa Indonesia dalam mengelola mading sekolah, apalagi di era sertifikasi guru yang membuat guru lebih sibuk dengan urusan administrasi dan pembelajarannya.
Sebenarnya,
guru mata pelajaran lain, misalnya fisika dan matematika, berperan penting
dalam memberdayakan mading sekolah. Dapat
mendorong anak untuk menulis sesuatu, seperti membuat artikel tentang dua mata
pelajaran yang dianggap sulit itu.
Tentu saja, keuntungannya juga untuk guru mata pelajaran yang dianggap sulit. Mading sekolah menjadi sarana promosi gratis bagi guru. Melalui tulisan siswa di mading sekolah, mata pelajaran tertentu akan meningkat pamornya di mata siswa.
Tentu saja, keuntungannya juga untuk guru mata pelajaran yang dianggap sulit. Mading sekolah menjadi sarana promosi gratis bagi guru. Melalui tulisan siswa di mading sekolah, mata pelajaran tertentu akan meningkat pamornya di mata siswa.
Barangkali
ada baiknya para guru juga ikut menulis biar tulisan di mading sekolah tambah
ramai. Keterlibatan guru di mading akan menjadi mesiu untuk memicu semangat dan
motivasi siswa untuk menulis.
Dan,
kita semua sudah tahu, sekecil apapun yang dikatakan atau disuruh kepada siswa
tapi diikuti dengan contoh. Niscaya akan dicontoh pula oleh siswa, termasuk
menulis di mading sekolah.***
Mading emang bisa jadi media gratis untuk memberikan informasi yang menarik bagi siswa. Tapi kalau gak keurus ya percuma sekali... Dulu pas zaman sekolah, siswa diwajibkan selama 1 bulan tiap kelas harus pasang info mading baik itu tentang pengetahuan maupun tentang hobi siswa (puisi, cerpen). Jadi mading selalu Update dan selalu ter urus.
BalasHapusBetul sekali mas. Mading yang tidak keurus karena siswa maupun gurunya terlalu sibuk bisa jadi tidak banyak memberikan manfaat...
Hapusmakasih infonya pak...:)
BalasHapusSama-sama mas Rolly...
Hapussiip semangat terus pak :)
Hapusdulu waktu aku masih sekolah madingnya selalu sepi nggak ada yang baca
BalasHapusKeterbatasan jam istirahat di sekolah kali ya mbak? Ya, kita mungkin tidak tahu persis kapan mading itu dibaca siswa. Mungkin sebelum jam masuk sekolah, jam istirahat, atau sore saat ada kegiatan ekstra di sekolah, mbak...
Hapussiswa pasti semakin semangat jika guru juga ikut andil ambil bagian
BalasHapusmading sarana menyalurkan bakat menulis dan belajar menulis
Betul, mas...Mading tidak hanya untuk siswa, namun untuk guru juga dapat dijadikan sebagai media penyaluran bakat menulis...
Hapuswalaupun hanya mading sekolah ternyata ada strateginya juga ya :)
BalasHapusIya, mbak...Tujuannya untuk membiasakan siswa mencurahkan gagasannya melalui kegiatan menulis...
HapusWaktu sekolah dulu saya masih ingat selalu membaca Mading (Majalah Dinding) di sekolah, isinya tulisan karya semua siswa yang di moderasi oleh tim osis dan guru pembimbing.
BalasHapusHasilnya lumayan bagus