Kalio Daging Buat Sahur dan Berbuka Puasa

Kalio daging buat sahur dan berbuka puasa – Kalio daging merupakan masakan khas orang Minangkabau sejak dulunya. Budaya membuat kalio daging sudah menjadi kebiasaan turun-temurun bagi keluarga di ranah minang, terutama yang berdomisili di daerah pedesaan.

Tak terpungkiri, para perantau minang, segera pulang kampung menjelang memasuki bulan puasa Ramadhan. Selain bersilaturrahmi dengan keluarga dan sanak famili serta berziarah kubur, keinginan mencicipi enaknya kalio daging keluarga di kampung, telah merayu perantau untuk pulang ke kampung halaman.

Masakan yang satu ini boleh dikatakan harus ada bagi setiap keluarga di ranah Minang. Apalagi ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Kalio daging menjadi salah satu masakan utama teman makan nasi ketika sahur maupun berbuka, di awal-awal puasa Ramadhan.

Mengapa harus ada? Bagi sebagian anggota masyarakat, membuat kalio daging menjadi sebuah cara menunjukkan status keluarga dalam memasuki bulan puasa ramadhan. Sebagaimana bunyi pepatah,  “tak kayu jenjang dikeping, tak ameh bongka diasah”.

Bahan utama dan bumbu memasak kalio daging dapat dicari di pasar atau kios bumbu masak di dekat anda. Bagaimana memasak kalio daging yang alami dan enak?

Gambar di atas adalah cara memasak kalio daging dengan tungku dengan bahan bakar kayu atau sabut kelapa. Dimasak di atas wajan atau kuali dari besi sehingga rasa kalio daging menjadi alami. Gambar dikirim oleh kontributor matrapendidikan.com, Hary Delfingra, SPd

Kalio daging dimasak di atas tungku api dengan kayu sebagai bahan bakar. Kuali pemasak yang digunakan sebaiknya kuali dari besi, bukan dari aluminium. Dengan bahan bakar kayu atau sabut kelapa, kalio daging benar-benar terasa lezat.

Tentunya, sahur dan berbuka puasa dengan teman makan nasi kalio daging akan menjadikan anggota keluarga bergairah untuk menunaikan ibadah puasa.***