Mencairkan Salju Menggunakan Garam

Mencairkan salju menggunakan garam- Tahukah kamu tentang sifat koligatif larutan? Sifat koligatif larutan  sendiri memiliki arti yaitu sifat-sifat yang hanya bergantung pada jumlah (kuantitas) partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis atau identitas partikel zat terlarut – tidak peduli dalam bentuk atom, ion, ataupun molekul.

Ilustrasi gambar (pexels.com)

Sifat koligatif merupakan sifat yang hanya memandang “kuantitas”, bukan “kualitas”. Selain itu sifat koligatif larutan juga memiliki beberapa sifat, yaitu:

1. Penurunan Tekanan Uap

Jika zat terlarut bersifat non-volatil (tidak mudah menguap; tekanan uapnya tidak dapat terukur), tekanan uap dari larutan akan selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni yang volatil. Secara ideal, tekanan uap dari pelarut volatil di atas larutan yang mengandung zat terlarut non-volatil berbanding lurus terhadap konsentrasi pelarut dalam larutan.

2. Kenaikan Titik Didih

Titik didih dari suatu larutan adalah temperatur ketika tekanan uapnya sama dengan tekanan eksternal. Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan oleh keberadaan zat terlarut non-volatil, dibutuhkan kenaikan temperatur untuk menaikkan tekanan uap larutan hingga sama dengan tekanan eksternal.

3. Penurunan Titik Beku

Pada larutan dengan pelarut volatil dan zat terlarut non-volatil, hanya partikel-partikel pelarut yang dapat menguap dari larutan sehingga meninggalkan partikel-partikel zat terlarut. Hal serupa juga terjadi dalam banyak kasus di mana hanya partikel-partikel pelarut yang memadat (membeku), meninggalkan partikel-partikel zat terlarut membentuk larutan yang konsentrasinya lebih pekat. Titik beku dari suatu larutan adalah temperatur di mana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut murni. Pada temperatur ini, dua fasa – pelarut padat dan larutan cair – berada dalam kesetimbangan.

4. Tekanan Osmosis

Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel — membran yang hanya dapat dilewati partikel pelarut namun tidak dapat dilewati partikel zat terlarut—maka terjadilah fenomena osmosis. Osmosis adalah peristiwa perpindahan selektif partikel-partikel pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.

Selain itu juga, sifat koligatif larutan ini memiliki kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah mencairkan salju pada jalan raya menggunakan garam yang merupakan salah satu penerapan dari penurunan titik beku pada sifat koligatif larutan. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salju adalah butiran uap air bewarna putih bagaikan kapas yang membeku di udara dan jatuh ke bumi akibat temperatur udara di daerah itu berada di bawah titik beku.

Salju adalah pengendapan (presipitasi) padat dalam bentuk kristal es. Salju berasal dari awan ketika suhu berada di bawah titik beku (0 derajat celcius atau 32 derajat fahrenheit), ketika uap air di atmosfer berkondensasi langsung menjadi es tanpa melalui tahap cair. Setelah kristal es terbentuk, ia menyerap dan membekukan uap air tambahan dari udara di sekitarnya, tumbuh menjadi kristal salju atau pelet salju, yang kemudian jatuh ke bumi.


Pada negara dingin seperti Eropa, kita sudah tidak asing lagi dengan peristiwa salju yang sering terjadi pada musim dingin. Namun, turunnya salju dapat menjadi masalah yang serius karena dapat menganggu pejalan kaki maupun pengendara transportasi. Salju yang menutup jalan dapat menyebabkan jalan menjadi licin sehingga banyak terjadi kecelakaan akibat tergenlincir.

Untuk mengatasi hal ini biasanya akan disediakan petugas pembersih salju, hal ini dapat dilakukan secara manual ataupun dengan mesin. Caranya sangat sederhana yaitu petugas akan menaburkan garam dapur atau urea ke salju sehingga salju akan mencair. 

Meski begitu ada banyak pihak yang menggunakan garam lain yang lebih mahal yaitu kalsium klorida dan magnesium klorida. Kedua senyawa ini memiliki jumlah ion yang lebih banyak daripada garam dapur (NaCl), tidak hanya menurunkan temperature lebih besar daripada NaCl, tapi juga proses pelarutannya bersifat eksoterm, sehingga panas yang dihasilkan dapat membantu melelehkan salju dengan lebih cepat dan efektif. Ataupun dengan menggunakan senyawa organic yang dicampur dengan kalium klorida (garam batu) dan magnesium klorida. Campuran ini terbukti efektif menurunkan suhu sampai -34 C. Sehingga campuran garam tersebut dapat digunakan untuk es yang bersuhu lebih dari -34 C.

Untuk dapat membeku, jarak antarmolekul dalam suatu substansi harus dirapatkan sehingga tidak memungkinkan adanya perpindahan tempat dari molekul-molekul tersebut. Semakin dingin suhu, pergerakan molekul makin berkurang sehingga memungkinkan molekul menjadi rapat satu sama lain semakin besar.

Air murni akan membeku pada suhu 0 derajat celcius, sehingga bila suhu udara mencapai 0 derajat celcius, air hujan akan berubah menjadi salju. Misalnya dengan penambahan sejumlah garam titik beku air menjadi -2 derajat celcius, maka pada suhu lingkungan 0 derajat celciuc salju yang ada di jalanan akan segera mencair.

Meskipun beberapa garam lebih efektif untuk melelehkan es daripada yang lain, hal itu tidak selalu menjadikannya pilihan terbaik untuk aplikasi tertentu. Natrium klorida dapat digunakan untuk membuat es krim karena murah, mudah didapat, dan tidak beracun. 

Namun natrium klorida dihindari untuk jalan pengasinan dan trotoar, hal ini dikarenakan natrium klorida dapat menumpuk dan menganggu keseimbangan elektrolit pada tumbuhan dan satwa liar serta dapat menimbulkan korosi pada mobil.

Magnesium klorida dapat mencairkan es lebih cepat daripada natrium klorida, namun magnesium klorida juga dapat menarik kelembapan sehingga dapat mengakibatkan kondisi licin. 

Pada pemilihan penggunaan garam untuk mencairkan es juga perlu disesuaikan dengan biaya, ketersediaan, dampak pada lingkungan, toksisitas, dan reaktivitas, selain pada suhu optimalnya.*** (Penulis : LUKISTA AJENG NABILLA, SMA INDOCEMENT)